Jumat, 24 April 2015

Sang Pengolah Sagu dari Maluku




Pak Asrat, Bapak 4 orang anak yang sudah bekerja sebagai pengolah sagu di Pulau Seram, Maluku selama 10 tahun. Dari penuturan Pak Asrat, dalam melakukan pekerjaannya, beliau tidak pernah mengajak anak-anaknya untuk membantunya. Hal itu dikarenakan perjalanan yang ditempuh dari rumah/kampungnya menuju lokasi pengolahan sagu berjarak 3 jam perjalanan dengan menggunakan sampan. Selain itu, biasanya Pak Asrat baru kembali ke rumah setelah satu bulan bekerja di lahan pengolahan sagu. Hasil dari olahan sagunya biasanya dijual ke desa Sawai, atau diolah sendiri sebagai makanan keluarga




Pak Asrat, sang pengolah sagu dari Pulau Seram, Maluku
Pak Asrat

Kamis, 26 Februari 2015

Punthuk Setumbu, 19-20 Februari 2015

Melihat adanya HKN alias Hari Kecepit Nasional di tanggal 20 Februari (hari Jumat), langsung muncul di otak saya untuk cari tempat untuk kabur dari kebisingan kota. Dan setelah gonta-ganti rencana tujuan, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mengunjungi Bukit Punthuk Setumbu di Jawa Tengah. Ide itu pun baru muncul di tanggal 18 Februari saat saya merasa putus asa karena beberapa rencana tujuan trip saya batal semua, Lalu kemdian tiba-tiba muncul ide menghubungi teman di yogya via SMS. Untungnya saat itu jawaban dari teman saya cukup cepat, sehingga saya pun tidak makan waktu lama untuk segera menyiapkan perlengkapan traveling saya, terutama kamera. Tentu saja untuk mengabadikan hasil perjalanan saa di Puntuk Setumbu.

Esok paginya saya langsung berangkat menuju Yogya dan sampai di Yogya di malam hari, Saya dijemput teman saya untuk menuju rumanya di daerah Sleman. Setelah sampai rumah, saya pun langsung mandi, kemudian saya dan teman saya mengobrol cukup lama di teras belakang rumahnya. Nikmatnya obrolan seru kami semakin lengkap dengan suguhan teh hangat. Saking asiknya orbrolan kami, tidak terasa kami mengobrol hampir 4 jam, sampai saya memutuskan untuk istirahat karena kami harus bangun pagi untuk berangkat menuju Bukit Punthuk Setumbu. Keesokan paginya, tepatnya pukl 4.45 pagi, kami berangkat menuju lokasi punthuk setumbu. Karena berangkat kami terlalu siang, maka sesampai di lokasi bukit, matahari sudah muncul dan kami gagal dapat momen saat matahari mulai naik. Tapi tetap saja pemandangan alam saat itu tetap indah. Candi Borobudur terlihat kecil namun nampak jelas dan gagah diselimuti kabut pagi.  Setelah puas menikmati keindahan alamnya dan mengabadikan lewat kamera, mata saya tertuju pada gedung unik yang terlihat di tengah hutan. Setelah bertanya dengan warga lokal, ternyata gedung tersebut adalah gedung tua bekas gereja ayam yang tidak terpakai. Kami pun memutuskan untuk mendatangi tempat tersebut. Setelah kurang lebih 15 menit perjalanan menyusuri hutan, kami sampai di tempat. Saat itu, kondisi gedung masih terkunci, maka kami pun hanya berkeliling dari luar gedung dan memotret. Beruntung sekali tidak lama kemudian datang bapak yang ternyata penjaga gedung tersebut. Setelah meminta ijin untuk masuk, kami pun masuk dan cukup takjub dengan kerennya gedung gereja ayam dari dalam yang tak seseram penampakannya dari luar. Setelah puas melihat-lihat gedung, kami naik ke anak tangga yang cukup tinggi. Sesampai diatas, betapa terkejutnya kami. View yang menurut saya jauh lebih indah dan eksotis dibandingkan view dari bukit Punthuk Setumbu. Dari atap Gedung ini kami dapat melihat Candi Borobudur, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Sumbing. Karena terpesonanya dengan view pemandangan dari tempat itu, saya mengajak teman saya untuk mengunjungi tempat ini sekali lagi esok pagi, tapi harus datang lebih awal untuk melihat matahari terbit. Setelah sepakat dengan teman saya, kamipun memnta ijin bapak penjaga gedung untuk bisa datang dan naik ke atap gereja esok subuh. Beruntung sekali, karena ternyata memang setiap sabtu dan minggu, gedung tersebut memang sudah dibuka untuk umum mula pukul 5 pagi. Waaaah…. Alam memang sedang bersahabat.


Singkat cerita, keesokan paginya, pukul 4 pagi, saya dan teman saya langsung berangkat menuju lokasi gereja ayam. Sayangnya, karena keasyikan mengobrol saat perjalanan, teman saya salah jalan, sehingga akhirnya memakan waktu lagi. Kami sampai di pos registrasi pukul 5 pagi. Dan kami sampai di Gedung Gereja ayam pukul 5.30 pagi. Sedikit sedih karena terlambat datang, namun segera sirna karena melihat pemandangan alam yang menakjubkan. Sungguh saat itu saya merasa perjalanan saya ke Yogyakarta tidaklah sia-sia. Rencananya, untuk beberapa bulan kedepan, saya dan teman saya masih akan berencana untuk kembali ke tempat ini, karena kami masih ingin melihat pemandangan dari atap gedung gereja lebih pagi lagi. Sehingga kami bisa menikmati berpindahnya gelap menuju terang pagi. Semoga saja bisa terealisasi dalam waktu dekat,..hehehe...


   Foto Selfie dari atap Gedung Gereja Ayam
  terlihat Gunung Merapi dan Merbabu)
 

View Candi Borobudur dari Bukit Punthuk Setumbu
View Candi Borobudur dari atap Gedung Gereja Ayam
Gedung bekas Gereja Ayam