Jumat, 19 Desember 2014

Perayaan 27 tahun bersama Alam Semeru..SERU!


Tanggal 26 Juli 2014, tepat di tanggal lahir saya, saya mencoba pengalaman baru, yaitu merayakan hari lahir dengan cara naik Gunung. Untuk trip kali ini, saya mengajak beberapa teman untuk mendaki. Ada 15 orang, termasuk saya sepakat untuk mengisi waktu libur lebaran sekaligus perayaan hari lahir saya dengan mendaki Puncak tertinggi Pulau Jawa. Setelah melakukan serangkaian persiapan fisik dan koordinasi tim, tepat di tanggal 26 Juli kami berangkat.

Kami berangkat dengan mobil Elf dengan tujuan Tumpang. Dari Tumpang, kami melanjutkan perjalanan menuju Ranu Pane dengan menggunakan Hardtop. Perjalanan dari Tumpang ke Ranu Pane ini rupanya menjadi perjalanan yang menarik. Selama perjalanan, saya dan teman-teman harus berdiri di sisi belakang mobil dan beratapkan langit, ditambah track yang semakin lama semakin naik dan semakin dingin... Tapi rasa lelah yang sudah menumpuk, rasa dingin yang sudah menyerang tiba-tiba "plaaaas".... hilang tak berasa begitu saja saat kami menengok langit dan mulai dimanjakan dengan gemerlap bintang di langit. Beberapa teman bahkan sempat 2x melihat Bintang jatuh selama perjalanan menuju Ranu Pane. Wah, belum mulai perjalanan mendaki saja sudah disuguhkan pemandangan yang seperti ini. Betapa alam sedang bersahabat kepada kami :D

Saya berpose sebelum perjalanan ke Ranu Pane

Sesampainya di Ranu pane, kami bermalam di salah satu pondok kosong yang biasanya juga digunakan oleh pendaki-pendaki lain untuk beristirahat. Fisik dan wajah yang sudah terlihat tidak karuan membuat kami tidak mengambil waktu yang lama untuk langsung membersihkan beberapa area dan memasang matras sebagai alas tidur. Saat itu udara memang sangat dingin, saya dan beberapa teman yang saat itu belum bisa tidur memilih untuk memasak air dan menyeduh kopi dan susu panas sambil mengobrol. Kurang lebih 1,5 jam kami mengobrol sambil menikmati susu dan kopi panas, lalu kami mulai undur diri satu persatu untuk kembali mencoba tidur. Saya pun akhirnya bisa tertidur meski hanya 2 jam saja. Jam 4 pagi saya terbangun dan sudah tidak bisa tidur lagi. Sambil menunggu matahari terbit, saya menyibukkan diri dengan mendengarkan musik sampai jam 5 pagi. Beberapa dari kami pun mulai bangun dan mulai keluar dari pondok untuk melakukan "ritual pagi", atau hanya sekedar menikmati pemandangan matahari terbit. Jam setengah 6 sudah mulai terasa sinar hangat matahari menyinari saya dan teman,teman. Sambil menunggu matahari terbit, saya duduk-duduk di ujung area yang menghadap danau Ranu Pane. Sebagai pembuka perjalanan pendakian kami, ini benar-benar pemandangan yang luar biasa.

Matahari terbit di ranu Pane (foto saya ambil dari halaman Pondok)


jam 8 pagi kami sudah bersiap-siap menuju pos pendaftaran, tapi begitu sampai, ternyata masih belum buka. Kurang lebih kami menunggu 1,5 jam hingga akhirnya pos pendaftaran buka dan kami melakukan registrasi. Jam 10 kami memulai pendakian kami menuju Ranu Kumbolo. Untuk perjalanan menuju Ranu Kumbolo, saya dan teman-teman mendaki dengan santai. Duduk-duduk di setiap pos untuk mengistirahatkan kaki, maupun sekedar mengobrol dan bercanda dengan pendaki-pendaki yang lain. Jam 4.30 sore, saya dan beberapa teman sudah sampai di Ranu Kumbolo. Sambil menunggu teman-teman lain yang belum datang, saya bersantai sambil menikmati pemandangan danau Ranu Kumbolo. Kurang lebih 1 jam kemudian barulah seluruh tim sudah sampai. Kamipun mulai bergegas membangun tenda, dan mempersiapkan alat memasak karena hari sudah mulai gelap. Malam di Ranu Kumbolo kami habiskan dengan bercanda, dan menikmati lautan bintang yang terbentang di langit. 

Esok paginya saya terbangun pukul 6 pagi dan disambut dengan kabut yang cukup tebal hingga menutupi hampir sebagian pemandangan danau Ranu Kumbolo, seksi......... Langsung saya kembali ke tenda dan mengambil kamera saya untuk mulai mengabadikan momen ini. Puas menikmati alam dan mengambil beberapa gambar, saya lanjut melakukan melakukan "ritual pagi" sebelum menyantap makan pagi. Pukul 10 saya dan teman-teman sudah siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Untuk menuju ke Kalimati, kami harus memulai perjalanan dengan melewati Bukit Cinta. Begitu sampai diatas bukit, saya memilih untuk beristirahat sejenak untuk menikmati pemandangan danau Ranu Kumbolo dari atas bukit, sambil menunggu beberapa teman yang sibuk berfoto ria. Selesai beristirahat, kami langsung melanjutkan perjalanan kami, dan disinilah spot favorit saya. Jika dari atas Bukit Cinta, di satu sisi kita dapat melihat pemandangan danau Ranu Kumbolo, di sisi satunya, kita akan langsung disuguhkan dengan pemandangan yang tidak kalah luar biasa di Oro-Oro Ombo. Namun kali ini saya tidak berniat untuk mengambil gambar. Saya hanya ingin menikmati alamnya terlebih dahulu, dan baru mengambil gambar saat perjalanan turun nanti. Selesai melewati Oro-Oro Ombo, kami beristirahat di Area Cemoro Kandang. sekitar 15 menit kami beristirahat, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Singkatnya, saya dan tim sampai di pos Kalimati pukul 4 sore, dan langsung memasang tenda dan persiapan memasak. Selesai memasang tenda, saya ikut beberapa teman untuk mengambil air di Sumber Mani. Awalnya saya pikir sumber air ini tidak terlalu jauh dari tenda kami, tapi ternyata waktu perjalanan yang dibutuhkan cukup panjang. Selesai mengisi air, kami langsung bergegas kembali  ke tenda karena hari sudah semakin gelap, dan pastinya teman-teman kami menunggu pasokan air dari kami. Malamnya, karena fisik yang cukup lelah, selesai makan dan sedikit bercanda, kami langsung melakukan briefing singkat untuk persiapan mendaki ke puncak keesokan harinya, lalu kemudian tidur. 

Jam 11 malam saya mulai bangun dan melakukan persiapan fisik dan persiapan material yang akan dibutuhkan selama perjalanan menuju puncak. Beberapa snack, 1 botol air mineral, dan seperangkat "senjata" saya sudah siap masuk dalam tas. Jam 11.30 malam kami berkumpul untuk koordinasi singkat, kemudian berdoa sebelum memulai perjalanan akhir menuju puncak. Selesai berdoa, kami langsung berjalan. Awalnya perjalanan ini terasa biasa saja, sampai di Arcopodo, tepatnya di daerah tanjakan berpasir. Disinilah tantangan sesungguhnya, dan medan tersultnya dari perjalanan ini. Terbukti, sebagian dari kami ada yang tidak kuat,sakit, sehingga sebagian lainnya ikut menemani turun, namun yang masih kuat dan masih tetap ingin sampai puncak tetap melanjutkan, termasuk saya dan keempat teman saya. Bagi saya pribadi, track tanjakan berpasir ini memang berat. Gelap, berangin, mengantuk, bolak-balik terperosok turun menjadi rangkaian perjalanan saya dan keempat teman saya. Sempat beberapa kali saat saya mengistirahatkan tubuh sejenak hampir ketiduran. hampir 7 jam perjalanan, akhirnyan saya sampai ke Puncak. Langsung yang saya lakukan saat itu adalah duduk sejenak di pinggir bendera Merah-Putih sambil melihat-lihat pemandangan sekitar sambil menggigil kedinginan ( seriuuuus!!, meskipun sudah diatas jam 6 pagi, udara dan angin di puncak Semeru tetap dingin). Setelah cukup istirahat dan lihat-lihat sekeliling, barulah saya mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan.

                 
                       Bendera Merah-Putih di Puncak Semeru
Pose di Puncak Semeru
Pemandangan pagi dari Semeru
                     


Tidak lama di Puncak, saya dan teman-teman memutuskan untuk turun kembali ke Pos Kalimati. Untuk perjalanan turun ini saya membutuhkan waktu 2,5 jam saja. Begitu sampai di Kalimati, saya beristirahat sejenak, kemudian makan siang, dan berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke Ranu Kumbolo dengan teman 1 tim. Sepanjang perjalanan ini barulah saya banyak mengabadikan pemandangan. Mulai dari Kalimati, Cemoro Kandang, sampai Oro-Oro Ombo. Sampai di Ranu Kumbolo, kami langsung mendirikan tenda dan mulai memasak makan malam. Di hari itu, awalnya saya berencana untuk memotret bintang saat malam hari, tapi karena kondisi fisik yang sudah capek, saya lebih ingin langsung tidur setelah makan malam. Jam 7 malam, selesai makan malam, saya mengobrol sebentar dengan beberapa teman, kemudian menuju tenda untuk tidur.


Matahari terbit di Ranu Kumbolo
Suasana Pagi Ranu Kumbolo

Keesokan paginya, kurang lebih pukul 5 pagi saya terbangun. Saya mencoba melihat kondisi diluar tenda, dan betapa terkejutnya saya karena pagi itu, saya tidak mendapati kabut tebal, sehingga nampak cahaya matahari mulai terbit. Langsung saya mengambil kamera saya dan keluar tenda lalu membangunkan teman-teman yang lain. Pagi itu saya dapat momen yang cakep sekali untuk diabadikan. Selesai mengambil beberapa foto, seperti biasanya saya langsung melakukan ritual pagi sebelum sarapan. Pagi ini kami sedikit bersantai. Kami baru berkemas dan turun menuju Ranu Pane pukul 9 pagi

Untuk perjalanan kembali ke Ranu Pane kali ini kami memutuskan untuk lewat Jalur Ayek-ayek. 1 teman kami mengatakan jalur ini lebih susah tapi akan lebih cepat sampai dan melewati spot yang sangat bagus. Benar saja, di jalur Ayek-ayek, track yang kami harus lalui menguras tenaga karena track yang terus menanjak naik. Tapi asiknya, kami dapat melihat pemandangan lahan luas dengan awan biru yang sangat cerah.

                
            Jaluar Ayek-Ayek
Jalur Ayek-Ayek

Perjalanan kami berakhir pada pukul 3 sore. Bagitu sampai ranu Pane, tujuan utama kami langsung mengarah ke warung makanan, karena kami sudah sangat kelaparan. Selesai makan, kami langsung menuju ke Hardtop untuk langsung melakukan perjalanan kembali ke Tumpang, dan menuju Surabaya.




Saya bersama Tim Pendakian Semeru










Selasa, 09 Desember 2014

Berkabut Tetap Seksi



Sebenarnya tidak ada niatan yang benar-benar kuat untuk mendaki gunung di musim hujan begini. Bagi saya yang juga gemar foto, faktor hujan begini cukup menyusahkan saya untuk lebih memperhatikan keselamatan kamera saya, selain itu, musim hujan begini objek foto apa juga ya yang bisa diambil karena mungkin cuaca yang selalu berkabut. Tapi karena hati dan otak ini sudah ngga kuat aja ngeliat hiruk-pikuk kota terus tiap hari, boleh lah coba-coba naik gunung di musim hujan ini.Bermodal koar-koar aja ke temen-temen komunitas saya yang bernama GET (Gembel Elite Traveler) yang semuanya doyan kluyuran, jadilah trip naik Gunung ini direalisasikan. Yang bikin seneng adalah, saya yang koar-koar, tapi yang kelola temen-temen. Saya cuma siapin dokumentasi aja,hahaha.....

Jadilah trip naik Gunung ini kami lakukan di tanggal 29-30 November. Karena waktu singkat, pilihan gunung yang kami tentukan tentu saja yang tidak terlalu jauh. Kami memilih Gunung Panderman. Sebuah gunung yang berada di kota Batu, Jawa Timur dengan ketinggian 2045 MDPL yang memiliki puncak bernama Basundara.


Perjalanan kami lakukan pada tanggal 29 jam 8 malam dengan tujuan kota Batu. Kami memilih salah satu villa sederhana di Batu untuk tempat peristirahatan sementara. Tiba di villa jam 11 malam, kami langsung menyiapkan beberapa makanan yang disediakan untuk teman-teman lain yang belum sempat makan malam. Selanjutnya, beberapa teman memilih untuk beristirahat, beberapa  menonton TV. Saya memilih untuk istirahat, karena malam sebelumnya saya kurang tidur, tapi tetap saja, saat di Villa, saya pun tidak bisa tidur. Sambil menunggu pagi, saya menonton TV bersama beberapa teman yang masih terjaga. 



Batu, pohon, dan kabut
Memotret Dalam Kabut

Jam 4 subuh, kami semua melakukan persiapan untuk keberangkatan menuju Panderman. Baju hangat dan nyaman, beberapa snack,sebotol air minum, serta yang pasti tidak lupa adalah kamera sudah saya siapkan. jam 4.30 pagi kami berangkat menuju pos pendaftaran. Tidak menunggu lama, setelah mendaftar, kami langsung memulai perjalanan kami. Sepanjang perjalanan, saya dan teman-teman langsung disuguhkan dengan pemandangan yang menyejukkan mata. Didominasi oleh warna-warna hijau daun, warna coklat pohon, dan pemandangan kota, saya dan tim dengan semangat berjalan. Dan seperti yang sudah saya perkirakan, tidak lama kami mendaki, kabut mulai turun disekeliling kami. Beberapa kali saya dan teman-teman beristirahat hanya untuk mengistirahatkan kaki, minum, maupun foto-foto (itu saya). Ternyata, mengabadikan alam dengan nuansa kabut pekat itu seksi juga. Momen-momen yang seperti ini justru jarang sekali menjadi perhatian dan ketertarikan saya selama ini, dan dari pengalaman perjalanan ini, maaf, saya bertobat... Memotret objek kabut itu juga tidak kalah menarik.


Saya dan Papan Tulisan di Puncak Panderman
Setelah kurang-lebih 3 jam perjalanan, pada akhirnya saya dan teman-teman sampai di puncak. Secara pribadi saya cukup kaget, karena puncak Gunung Panderman menurut saya masih masuk area hutannya. Berbeda dengan gunung lain yang puncaknya lebih luas dan kosong (dalam arti tidak ada pohon) sehingga saya bisa melihat pemandangan langit, atau kota. Tapi apapun itu, alam akan selalu menawarkan hal-hal baru dan menarik, setidaknya itu yang saya yakini. Tidak mendapatkan pemandangan langit maupun pemandangan kota yang spektakuler, tapi bisa mendapatkan pemandangan kabut yang spektakuler.

Terimakasih alam.


                                       


Saya bersama komunitas GET